CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 13 Juli 2012

Mengenang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Pahlawan tanpa tanda jasa, itu sebutan mereka.
Ya, guru...
Dari TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah...kita selalu bertemu dengan mereka.
Selama bersekolah, aku mengenal banyak guru.
Dari yang baik, sabar, galak, sampai yang nyebelin...lengkap.
Dan dari sekian banyak guru yang pernah mengajarku, ada beberapa guru yang sosoknya masih terkenang jelas di ingatanku.
Ada kenangan lucu, menyenangkan, bahkan menyebalkan.
Berikut guru-guruku dengan karakter dan cerita  masing-masing...

1. Bu Lies (guru TK)
Bu Lies sosok guru yang sangat sabar.
Memang guru yang mengajar di Taman Kanak-kanak harus bisa sabar menghadapi murid-muridnya yang masih kecil-kecil dan bandel-bandel.
Bu Lies itu sangat baik hati.
Suatu ketika saat sekolah usai, aku menunggu jemputan di gerbang sekolah.
Ibu dan ayah bekerja, jadi aku berangkat dan pulang sekolah naik becak langganan.
Tukang becak langgananku bernama Pak Hadi (sekarang sudah meninggal dunia).
Sudah setengah jam aku menunggu Pak Hadi menjemput dengan becak tuanya, tapi sosoknya tak kunjung nampak.
Sekolahan sudah mulai sepi.
Semua teman-temanku sudah dijemput.
Tinggal aku sendiri duduk di atas batu besar di depan gerbang sekolah.
Aku bingung, sedih, dan takut.
Aku mulai menangis.
Cengeng ^-^
Lalu datanglah Bu Lies mendekatiku.
Saat itu sosok Bu Lies bagaikan malaikat penolong buatku :D
Bu Lies mengajakku pulang bersama.
Bu Lies mengantarkan pulang dengan sepeda, aku dibonceng di belakang.
Kalau tidak ada Bu Lies, mungkin aku sudah diculik waktu itu :| :D

2. Pak Wi (guru Olahraga SD)
Dulu di SD ku, murid kelas 3 harus mulai mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Pramuka setiap hari Jumat.
Kecuali aku dan teman sekelasku, Iis.
Kenapa?
Kami berdua dibebaskan oleh pihak sekolah untuk tidak mengikuti Pramuka karena kami ditunjuk sebagai wakil sekolahan untuk mengikuti Porseni pada cabang Senam Lantai   x_x
Pak Wi adalah guru olahraga yang menunjuk kami berdua.
Setiap Jumat sore, di saat teman-teman yang lain asyik dengan kegiatan Pramuka, aku dan Iis berlatih senam lantai di ruang olahraga bersama Pak Wi.
Saat istirahat Pramuka, teman-teman mendatangi tempat latihan kami dan menonton.
Duuh, bayangkan badanku ditekuk-tekuk, digulung-gulung, dilempar-lempar..dan ditonton banyak orang!
Rasanya seperti pemain debus yang sedang beratraksi ditonton orang-orang  -____-"
Tapi aku senang.
Aku suka senam lantai.
Pak Wi melatih kami berdua dengan penuh semangat.
Hingga akhirnya aku dan Iis mendapatkan juara dalam Porseni.
Iis juara 2 dan aku juara 3..not bad  ^-^
Sampai saat ini aku masih bisa melakukan beberapa gerakan dasar senam lantai.
Hand stand, roll depan, roll belakang, meroda, kayang :D
Dari Pak Wi, aku belajar untuk bekerja keras dan disiplin.

3. Bu Agnes (guru Bahasa Indonesia SD)
Bu Agnes adalah guru baru saat aku duduk di kelas 4.
Berparas cantik, mungil, ramah, dan lemah lembut.
Guru tercantik di sekolahku.
Dan guru paling wangi!  :D
Setelah Bu Agnes mengajar, pasti ruangan menjadi harum.
Bu Agnes lah yang mengajarkanku untuk menulis rapi.
Tulisan tanganku memang kacauu  =))
Aku tidak suka menulis dengan huruf balok.
Aku lebih suka menulis dengan huruf latin.
Menurutku itu lebih mudah dan lebih indah.
Tapi waktu SD dulu kami harus menulis dengan huruf balok.
Huuft!
Aku masih ingat, suatu hari saat pembagian nilai ulangan harian Bahasa Indonesia.
Bu Agnes memanggil nama murid-murid satu per satu dan menyerahkan hasil ulangan.
Tibalah saatnya namaku dipanggil.
Bu Agnes menyerahkan kertas ulanganku sambil tersenyum dan berkata,
"Ita nilainya bagus..tertinggi di kelas..98...tapiii...lain kali tulisannya dirapikan ya. Ingat sebulan lagi kamu mewakili sekolahan untuk mengikuti Lomba Siswa Teladan. Maka perbaiki tulisanmu ya."
Jleb!
Dalem banget! Kena! Maluuuuu!!
Oiya beberapa waktu yang lalu aku bertemu Bu Agnes, setelah 15 tahun tidak berjumpa.
Kami berjumpa di kantor kecamatan.
Saat itu aku sedang mengurus perpanjangan KTP.
Aku menyapa Bu Agnes.
Bu Agnes terdiam sejenak, mengingat-ingat, dan ternyata aku masih diingat!
"Ini Ita ya?"
Kami bersalaman, berpelukan, dan mengobrol sejenak.
Tidak ada yang berubah dari Bu Agnes.
Masih cantik, awet muda, dan ceria seperti dulu.
Begitu juga aku, tidak ada yang berubah dariku....
Hmmmm..maksudku....tulisanku masih kacau seperti dulu  =))  #-o

4. Pak Lis (guru IPA SD)
Aku dan kakakku Rani bersekolah di SD yang sama.
Kami selisih 4 tahun.
Saat aku masuk kelas 1, kakak duduk di kelas 5.
Para guru tau bahwa kami bersaudara.
Bukan karena kami mirip, tapi justru karena kami sangat berbeda.
Terutama dalam hal mata pelajaran.
Aku suka pelajaran IPA, kakak paling benci IPA.
Aku selalu mengacungkan jari untuk menjawab soal Matematika dari guru, sedangkan kakakku paling sering dimarahi guru Matematika karena tidak bisa menjawab pertanyaan.
Aku paling depan untuk adu lari pada pelajaran Olahraga, sedangkan kakakku paling akhir sampai di garis finish.
Aku sangat bersemangat kalau ada pelajaran Seni Rupa, sedangkan kakak lebih suka membiarkan buku gambarnya kosong.
Tulisanku jelek dan tidak rapi, tulisan kakak sangat rapi dan bagus.
Saat mengetahui kami kakak beradik, banyak guru yang mengernyitkan dahi.
Ada satu guru yang benar-benar memperhatikan kami berdua sebagai kakak beradik, dialah Pak Lis guru IPA.
Pak Lis adalah guru paling cerdas, interaktif, dan lucu.
Pak Lis sering menanyakan tentangku kepada kakak.
Dan sebaliknya, Pak Lis juga sering menanyakan tentang kakak kepadaku.
Suatu ketika saat istirahat, aku berpapasan dengan Pak Lis.
Pak Lis memanggil,
"Ita coba kesini...coba perhatikan ini."
Pak Lis mengambil pulpen yang ada di saku bajunya.
Lalu menempelkannya melintang horisontal  di bawah bibir bagian bawah (di atas dagu).
Lalu ditariknya bibir bawahnya hingga menitupi pulpen.
Lalu digulungnya pulpen itu, sehingga bibir bawah ikut tergulung.
Kami berdua tertawa.
Lalu beliau menjelaskan,
"Tau tidak, itu adalah kebiasaan kakakmu di dalam kelas. Menggulung bibirnya menggunakan pensil. Ada-ada saja kakakmu itu Ta."
Lalu Pak Lis berlalu sambil melempar senyum lebar.
Sesampai di rumah, aku ceritakan hal itu kepada kakak, ibu, dan ayah waktu berkumpul di ruang keluarga.
Semua tertawa, kakakku yang paling lama tertawa.
Kakakku bilang, "Iya..aku paling tidak suka pelajaran IPA..membosankan..jadi aku mengisi kebosanan dengan bermain bibir seperti itu."
Ah, konyol.
Dan keesokan harinya, pelajaran pertama adalah IPA.
Waktu itu Pak Lis memberikan soal-soal latihan untuk menghadapi ujian.
Semua murid mengerjakan dengan tekun.
Aku juga mengerjakan dengan serius.
Sesekali aku menerawang untuk mengingat-ingat apa yang telah aku baca dan pelajari untuk menjawab soal-soal itu.
Lalu aku melihat Pak Lis duduk di bangku guru di depan kelas.
Pak Lis juga sedang melihatku.
Lalu tiba-tiba Pak Lis mengambil pulpennya, dan melakukan hal konyol yang menjadi kebiasaan kakak.
Seketika hafalanku buyar, aku menahan tawa, Pak Lis juga menahan tawa.
Pak Lis memang guruku yang paling perhatian dan jenaka  ^-^

5. Bu Yuni (guru Biologi SMP)
Aku benar-benar tidak akan bisa melupakan kejadian bodoh ini.
Aku duduk di kelas 3 SMP.
Aku mempunyai kebiasaan dalam belajar.
Biasanya aku membaca dan menghafalkan terlebih dahulu materi bahan ujian.
Kemudian aku menyerahkan buku pelajaran kepada ibuku.
Aku meminta ibu memberikan pertanyaan dari materi terkait.
Kemudian aku menjawabnya dalam secarik kertas.
Semacam simulasi ujian.
Begitu juga untuk menghadapi ulangan harian Biologi waktu itu, aku belajar dengan cara tersebut.
Ujian pun dimulai.
Aku mengambil secarik kertas sebagai lembar jawab.
Ujian selesai, lembar jawab dikumpulkan.
Seminggu kemudian Bu Yuni membagikan hasil ulangan itu.
Satu per satu murid dipanggil.
Sampailah pada namaku.
Aku maju dan mengambil lembar jawabku.
Bu Yuni menahan lembar jawab itu, dan bertanya dengan lantang,
"Apa ini Ita??!!"
Kata Bu Wahyuni sambil membalik lembar jawabku.
Aku kaget!
Aku lihat ada tulisan tanganku di sana.
Itu adalah jawaban soal-soal dari ibuku saat belajar di rumah waktu itu!
Bu Yuni mengira itu adalah contekan.
Padahal aku sama sekali tidak menyontek.
Bahkan aku baru menyadari bahwa aku mengambil kertas yang salah untuk aku jadikan lembar jawaban ujianku.
Seharusnya aku mengambil kertas kosong.
Tapi justru aku mengambil kertas yang di halaman belakangnya terdapat catatan-catatan saat aku belajar.
Mati aku!
"Itu catatan waktu saya belajar di rumah Bu..."
Aku menjawab singkat.
"Catatan kok di dalam kertas ujian. Ini namanya mencontek! Pantas saja nilai-nilaimu selalu bagus. Ini nilaimu saya kurangi 30 point. Dan kamu harus mengikuti ujian perbaikan minggu depan bersama teman-temanmu yang nilainya di bawah 60!"
Sial!
Aku pun kembali duduk di bangkuku.
Aku lihat nilaiku...96 dikurangi 30, menjadi 66.
Masih di atas batas nilai untuk mengulang ujian.
Tapi aku harus ikut ujian perbaikan, dan aku memang sangat ingin mengikutinya..karena aku ingin membuktikan bahwa aku memang bisa menjawab, aku tidak mencontek!
Seminggu kemudian aku mengikuti ujian perbaikan..tentu saja sebelum ujian aku memastikan bahwa kertas lembar jawabku bersih.
Hasilnya, aku mendapatkan nilai 94.
Lebih rendah dari nilai awalku dulu..tetapi tidak mengapa.
Setidaknya aku sudah membuktikan kepada Bu Yuni bahwa aku memang tidak mencontek.
Weeek! :p
:-<

6. Bu Dyah (guru PPKn SMA)
Aku belajar kesederhanaan dari Bu Dyah.
Di saat guru-guru lain berlomba-lomba memamerkan mobil-mobil baru mereka, Bu Dyah tetap setia dengan sepedanya.
Bu Dyah setiap hari ke sekolah dengan mengayuh sepeda.
Kadang aku berpapasan di jalan saat berangkat ke sekolah.
Aku menyapa Bu Dyah, dan beliau membalas dengan lambaian tangan penuh semangat.
Di bagian belakang sepedanya terpasang kotak kayu.
Kotak kayu itu berisi barang-barang dagangan.
Ya, Bu Dyah suka menjual kue-kue di sekolah.
Banyak murid dan guru membeli dagangan Bu Dyah.
Bu Dyah tidak malu berjualan.
Lalu apakah Bu Dyah sangat miskin hingga harus mengajar sambil berjualan di sekolah?
Tidak!
Justru bisa dibilang Bu Dyah adalah guru terkaya di sekolahku saat itu.
Bu Dyah punya 2 mobil pribadi.
Waktu aku kelas 2, Bu Dyah sudah menunaikan ibadah haji.
Rumahnya ada 3.
Satu rumah yang ditempati Bu Dyah letaknya dekat dengan rumahku, satu kampung.
Sering aku melihat Bu Dyah berkeliling kampung menjual baju-baju dagangan.
Bahkan ibuku menjadi salah satu konsumen Bu Dyah :)
Dari sinilah aku belajar kesederhanaan dan kerendahan hati.

7. Pak Sur (dosen Rekayasa Proses)
Pak Sur adalah lulusan UNSW (The University of New South Wales), Australia.
Beliau dosenku saat S1.
Beliau juga dosen bimbingan skripsiku.
Sedikit mahasiswa yang berani menjadi anak bimbingan Pak Sur.
Kenapa?
Itu karena Pak Sur adalah dosen yang paling tegas dan galak.
Itulah anggapan para mahasiswa.
Image galak ini terbentuk karena beberapa bimbingan Pak Sur pernah kena marah.
Salah satunya adalah kakak angkatanku bernama Adi.
Kak Adi menceritakan kepadaku tentang pengalamannya bersama Pak Sur.
Waktu itu Kak Adi menghadap Pak Sur setelah sekian lama tidak melakukan bimbingan.
Setelah mengetuk pintu, Kak Adi dipersilakan masuk oleh Pak Sur.
Kak Adi : "Maaf permisi Pak, saya mau menyerahkan draft proposal skripsi saya Pak."
Pak Sur: "Kamu siapa?"
Kak Adi: "Saya mahasiswa bimbingan bapak.."
Pak Sur: "Saya tidak kenal kamu. Silakan keluar dari ruangan saya."
Hah???
Kak Adi menceritakan hal itu kepadaku karena waktu itu aku menjadi anak bimbingan Pak Sur.
Jadi Kak Adi menceritakan betapa kejam, galak, dan judesnya Pak Sur.
Aku takut mendengar cerita Kak Adi.
Dalam bayanganku, Pak Sur pasti benar-benar orang yang  kejam, galak, dan judes.
Tapi aku tidak berniat mengganti pembimbing.
Aku ingin mencoba terlebih dahulu menjadi anak bimbingan Pak Sur.
Pertama kali menghadap, Pak Sur memang dingin.
Setelah aku menyerahkan proposal skripsi, beliau tetap tekun mengetik di komputernya seraya berkata, "Oke, nanti saya baca."
Itu saja...dan aku langsung pamit keluar, karena Pak Sur sama sekali tidak menanyakan lebih lanjut mengenai skripsiku.
Pertemuan selanjutnya, Pak Sur lebih bersahabat.
Beliau menyuruhku menjelaskan latar belakang dan tujuan penelitianku.
Sepertinya Pak Sur tertarik dengan tema penelitian yang aku angkat.
Bahkan Pak Sur meminjamkan buku referensinya untuk aku pelajari.
Sosok Pak Sur berangsur-angsur jauh dari penilaian awalku.
Pak Sur menjelaskan hal-hal yang sulit aku pahami.
Beliau sangat cerdas.
Ada satu hal yang tidak akan aku lupa dari sosok Pak Sur.
Yaitu bahwa Pak Sur adalah pecinta sepak bola.
Tim andalannya adalah Barca, Barcelona.
Aku punya taktik tersendiri sebagai anak bimbingan Pak Sur.
Jika Barca memenangkan pertandingan, maka keesokan harinya aku akan menghadap Pak Sur untuk bimbingan.
Di saat itulah mood beliau sedang bagus.
Dan aku sangat menghindari bimbingan setelah tim Barca kalah.
Itulah alasan mengapa aku selalu menjagokan Barca :D
Hehehee...
Aku merasa sosok Pak Sur benar-benar jauh berbeda dengan apa yang sebagian besar mahasiswa ceritakan.
Banyak rumor mengatakan bahwa mahasiswa bimbingan Pak Sur akan lulus lebih lama.
Tapi nyatanya aku lulus sesuai harapanku.
Nilainya pun memuaskan..A.
Aku senang sekali.
Dan yang membuatku lebih senang lagi, setelah lulus aku diberikan rekomendasi oleh Pak Sur untuk menjadi pengajar di kampusku.
Aku ingat kata-kata beliau waktu itu..
Pak Sur: " Kamu mau tidak jadi guru?"
Aku: "Guru Pak? Guru apa?"
Pak Sur: "Ya guru...seperti saya ini.."
Aku: *bengong*
Dan setelah menjadi pengajar, aku lebih mengenal sosok Pak Sur dan dosen-dosen yang lain.
Ternyata kehidupan dan karakter para dosen benar-benar jauh berbeda dengan apa yang mahasiswa lihat sehari-hari.
Terutama Pak Sur.
Beliau tegas, bukan galak.
Beliau perhatian, bukan kejam.
Beliau berfikir, bukan judes.
Aku ingat satu hal lagi tentang Pak Sur.
Waktu itu ada kunjungan dosen ke Jawa Barat.
Semua dosen berangkat ke Bandung bersama-sama untuk mengunjungi industri-industri di Jawa Barat.
Saat turun di stasiun Bandung, aku membawa koper dan tas berisi baju dan dokumen-dokumen.
Tiba-tiba Pak Sur menyapaku dari belakang,
"Berat ya Dik? Sini saya bawakan saja.."
Beliau sangat perhatian.
Pak Sur tidak memandang senioritas.
Aku semakin mengagumi sosok Pak Sur yang sangat kebapakan ini ^-^



Itulah beberapa guruku yang tak akan pernah aku lupa karena memang benar-benar membekas di hati :D
Terima kasih guru-guruku.
Keinginanku saat ini adalah ingin bertemu mereka.
Sepertinya aku akan mengunjungi sekolahan SD, SMP, dan SMA ku untuk bertemu mereka.
Semoga masih bisa dipertemukan :)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

panjang banget tulisannya ta.... jadi mesti serius baca biar kalo mo koment nyambung :D

anin dia mengatakan...

yudha dudul =)) iya ni tangan kalo nulis gak mau berhenti yud :(( remnya blong :D

Anonim mengatakan...

jiaahh..... hati-hati nabrak..!! :P

Posting Komentar